pernyataan mungil tentang kemerdekaan menjadi berbeda

Jumat, 16 Oktober 2009

Goresan Yang Terlupa di Barat Sumatera



Kupanggil seorang pustakawan bernama Google dengan sebuah double click. Kutulis beberapa kata dan menyorongkan hasil tulisanku kepadanya : Tato Indonesia. Dibacanya sebentar kemudian dia pergi mencarikan apa yang aku butuhkan. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya dia datang membawa tumpukan-tumpukan halaman lepas dari website-website yang di dalamnya terdapat kata kunci yang telah aku berikan.

Keisenganku menelusuri internet membawaku kepada sebuah penemuan hebat. Tat
o Mentawai. Ya, tato yang dibuat oleh masyarakat Suku Mentawai. Sebenarnya aku sedikit tau tentang tato ini, ketika membaca kalau Durga (pahlawan tatoku) dan Rahung Nasution pernah nekat mempelajarinya, menyebrangi pulau Siberut. Suku yang pada awalnya kupikir bermukim di pulau Kalimantan karena kemiripan cara berpakaian mereka dengan orang Dayak, meski ternyata mereka tinggal di kepulauan Mentawai, sebelah timur pulau Sumatera. Tepatnya mereka masuk ke dalam propinsi Sumatera Barat. Menurut Adi Rosa, seorang penulis dan peneliti seni rupa, tato mentawai itu luar biasa uniknya karena memenuhi kepala hingga kaki yang sarat dengan simbol dan makna. Tapi sayang, tato mentawai sedang berjalan perlahan menuju kepada gerbang kepunahan. Karena tato ini hanyalah selama umur manusia yang memilikinya.

Terdapat kecenderungan juga bahwa generasi muda mentawai mulai tidak berminat meneruskan budaya tato mereka. Sangat disayangkan apalagi mengetahui bahwa menurut Adi Rosa juga, tato mentawai bisa jadi adalah tato tertua yang diciptakan manusia. Ya! tertua! Lebih tua dari tato yang ada di mumi-mumi mesir. Lebih tua dari tato Maori. Lebih tua dari segala tato. Bisa jadi, nenek moyangnya tato yang pernah ada di dunia.


Ketika kita hanya bisa berteriak-teriak mengenai batik yang diculik oleh negara tetangga, sebuah kekayaan budaya kita biarkan mati dan hilang. Apa memang itu yang telah menjadi pola pikir kita : Lebih baik harta itu hilang karena mati daripada nanti tiba-tiba hilang dicuri ? Entahlah, itu semua hanya dugaanku saja.

Tato Mentawai, Satu lagi alasan mengapa aku mencintai Nusantara :)



1 komentar: